Marak Kasus Bullying di Kalangan Pelajar, Pemerhati Pemuda : Buah Sistem Pendidikan Sekuler

Radarsulawesi.com – Kasus bullying (Perundungan) di kalangan pelajar kembali menjadi sorotan publik setelah viralnya sebuah video memperlihatkan aksi kekerasan salah satu pelajar Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Cilacap, Provinsi Jawa Tengah (Jateng) yang membuat wargnet heboh.

Pasalnya dalam video yang beredar di Media Sosial (Medsos) pada Rabu (27/9/2023) itu, seorang siswa, disaksikan oleh beberapa temannya melakukan bullying dengan cara memukul dan menendang beberapa bagian tubuh korban. Pelaku bully juga nampak sangat bangga setelah memukul dan menendang korban hingga terjatuh di lapangan volly.

Mirisnya, kejadian tersebut sengaja diabadikan dalam sebuah video yang sekarang tengah ramai diperbincangkan oleh masyarakat. Akibat peristiwa itu sontak memicu reaksi keras dari pemerhati pemuda dan masyarakat luas yang menuntut tindakan tegas dari pihak berwenang.

Pemerhati Pemuda dan Remaja (PPR) Sulawesi Tenggara (Sultra), Eko Yogyantoro mengungkapkan kasus perunduungan yang di alami salah satu pelajar di Cilacap ini semakin menunjukkan gagalnya sistem pendidikan di negeri ini dalam membina karakter dan akhlak peserta didik ke arah akhlakul karimah.

Sebab menurutnya fenomena aksi perundungan ini sesungguhnya ibarat fenomena gunung es yang nampak hanya sebagian namun yang tengah terjadi sangatlah banyak. Mengutip catatan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), bahwa kasus perundungan semakin meningkat sekitar 30 hingga 60 kasus per tahun. Dan banyak terjadi di lingkungan sosial, termasuk di sekolah.

“Bahkan Indonesia menempati peringkat ke-5 untuk kasus perundungan anak dan remaja,”ungkap Eko Yogyantoro.

Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa persoalan kekerasan antar pelajar ini menunjukkan bahwa sistem pendidikan sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan membuat banyak peserta didik tidak memahami tujuan penciptaan sehingga bebas bertingkah laku semau mereka bahkan jauh dari adab.

“Maka inilah pentingnya 3 komponen dalam membentuk karakter peserta didik kearah akhaqul qorimah yakni peran keluarga, masyarakat dan negara. Jika ke 3 komponen itu di bangun berorientasi pada sistem sekuler (memisahkan agama dari kehidupan) maka Yakin Pasti akan gagal. Sebagaimana yanga kita lihat saat ini,”jelasnya

Pria yang berprofesi sebagai guru itu juga menambahkan bahwa ketiga komponen itu sangat penting untuk dipahami masyarakat atau pelajar hari ini. Karena sampai kapanpun rantai bullying di dunia pendidikan tidak akan pernah putus, jika masih mengandalkan sistem pendidikan sekuler yang ada saat ini. tanpa didukung ketiga faktor tersbut. Harus ada revolusi mental kearah sistem pendidikan Islam.

“Namun jika 3 komponen itu dibangun atas landasan aqidah islam pasti kasus-kasus Bullying tidak akan terjadi karna ada keluarga yang sebagai tempat pembinaan awal, ada masyarakat sebagai tempat pengawasan dan ada negara sebagai tempat menegakkan aturan pelanggaran,”pungkasnya (Red)

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *